Pembaringan Di Atas Hamparan Dosa
Kala surya menapaki tepi langit
Kala itu ku bersujud menyambut hadirmu
Kau utusan dari hati nurani
Terlampau agung dan megahnya engkau
Kutapaki hatiku tanpa lelahnya
Kutelusuri jalan mengiringi waktu
Ku turuti perintah takdir
Ku cari jati diri
Di pembaringan waktu ini
Sejenak ku terhenti termenung seorang diri
Di tengah jelajah ini
Hanya ada rasa rindu yang menghimpit asaku
Hanya derita yang temani langkahku
Haus rasanya diri akan kasih
Sementara yang kucari belum lagi terbayang
Berjuta kenyataan terbuang percuma
Demi satu asa tekubur lenyap
Oh… Tuhan
Tebarkanlah kasih di jagad ini
Karena ku tahu yang nyata adalah kasihmu
Dan kaulah sang pengirim Rahmat
Nyanyian Cinta
Sebagai seberkas sinar di gurun gelap sepi
Kau menembus dinding dingin ruang tidur dalam mimpiku
Kau menjadi keindahan tak terduga
Megah dan menghanyutkan
Sedang aku cukup bahagia
Menjadi pelengkap keindahanmu
Kuas-kuas sunyi melukisi matamu
Hingga aku s’lalu terpukau
Bertukar tangkap dengan bayangan sendiri
Kenapa kau biarkan aku begini berdarah?
Jikalau orang lapar…
Kaupun kelaparanku yang gaib
Jikalau orang dahaga…
Zamzamlah kan abadi mengucur
Kenapa kau biarkan aku dalam
Kegilaan yang panjang lagi nyeri?
Pernah kurasai seperti ini
Kini kau mengulangku
Kau urai lagi ini dunia lewat tatapan mata
Kau tandai bumi dengan tarian
Sang tarian malam
Sungguh ku dekap jam-jam perpisahan…
Suatu hari aku terdampar
Di bawah sebuah tiang tanpa akhir
Pusing, lalu tersungkur
Dari mana?
Bagaimana?
Kemana?
Saat itulah aku merasa
Aku telah bukan aku lagi
Indah Dalam Mati
Aku kaku dalam diam
Berdiri hampa di atas lubang pekat tak berdasar
Meraungku tapi tak bersuara
Dan kubiarkan aku remuk termakan dosa
Aku tahu aku hina
Tapi telah kuterhanyut dalam nyanyian doa…
Telah kurindu pada indah Tuhan
Yang tak lagi kuhirup lama…
Saat kubuka mata
Saarku akan sepi
Mulai datang perlahan dan tak peduli
Walau aku sendiri tak terampuni
Dan kucari kembali indahMu tuhan
Di balik pilar-pilar kokoh
Di atas kematian sesal
Adakah maaf untukku?
Lama kumencari indah itu…
Terlalu lama dan ingin rebah
Dan akhirnya di ujung redup sinarku
Ku sadar bahwa indah adalah mati…
B A T A S
Ku senyum, tapi tak bermakna
Ku coba diam, tapi hati ini terus bergejolak
Semakin kutahan
Rasa itu semakin ada
Haruskah kubiarkan ini menguasaiku?
Kala dia datang
Pikiran ini terasa pening
Andaikan tangan ini bisa menerbangkanku
Ku akan ke bukit
Sendiri..
Hingga semua terasa sepi
Ku ingin terlepas darinya
Lepas dari jiwa yang merana
Kan kucari, tempat tertinggi dengan sayapku
Hingga tak ada batas
Yang selalu menghalangiku
Kupejamkan mata
Hingga kutahu
Aku t’lah melampaui batas…
Jalan Cahaya
Terbelenggu dalam heningnya malam
Terbangun dan terpacu pada sebuah nuansa
Tak ada suara,
Dan semuanya nampak kelam
Seakan waktu berjalan mundur
Semuanya hampa
Dan yang nampak hanya fatamorgana
Apakah kita sadar
Hidup sekedar fatamorgana
Masihkah kau seperti dulu
Meniti jalan yang semerawut fatamorgana
Seandainya waktu terulang kembali
Akankah kau mengikuti cahaya?
Sesaat kau kembali dalam heningnya malam
Masih kau akan terpacu?
Cahaya…
Cahaya, izinkanlah aku
Untuk sekedar melihat, walau hanya berkas-Mu
Tuntunlah aku ke jalan cahaya
Jalan yang berlaku, penuh kerikil kecil yang tajam
Kerikil yang dapat menyandungku
Tapi itulah jalan-Mu cahaya
Janganlah kau biarkan kami
Berada dalam jalam yang sangat lurus
Tanpa rintangan, tetapi jauh dari-Mu cahaya
Bebaskanlah aku dari hentakan malam
Dan buatlah aku terjaga pada jalan cahaya
Amin!
Di Sana Aku
Lorong coklat dan sempit itu
Masih tersimpang bisik-bisik tawa
Meninggi dan pecah
Kemudian lenyap di dalam gelap
Di sana aku…
Berdiri layu diantara bunga-bunga mekar
Bersandar rapuh pada dinding-dinding kokoh
Kemana yang lain?
Di sana aku…
Bertelanjang kaki di atas pasir jingga
Sendiri…
Kurasakan aku menghilang perlahan
Tetapi aku masih disana
Tetap berdiri di lorong itu
Menatap…
Menatap dengan mata kosong
Kurasakan lorong itu mengecil
Perlahan…
Tetapi makin banyak kami di sana
Di sana kami akan selamanya
Di sana kami akan menjemput senja
Di sanalah aku…
Sampai lorong itu menutup
Selamanya…
sumber: Nur Azizah (SMAN 1 Anggeraja)
Aku Ada di Sini
AKU ADA DI SINI
Aku takjub pada kerlip sinarmu
Tak saja itu bagiku…
Kau satu dari semua, ingin kugenggam
Kau lebih dari sebuah awal
Rasaku bersemayam di dasar terjun
Meronta keras dan ingin keluar untuk kau sambut…
Mengoyak ganas di lembah penantianku
Saat ku terjaga dalam diam seribu bayang…
Aku butuh kau…
Seutuh asah yang beku bersama harap
Adakah kau mendengar?
Aku hanya pemuja naïf, yang tak akan mengerti keadaan
Apa rasa ini tak teraba olehmu?
Tak pantaskah ini untuk kau tahu?
Tak ada jawaban darinya…
Lalu kubergeming…
Bercermin pada kotak kaca yang usang termakan zaman
Kau bagai penghuni kotak kaca…
Tak akan mendengar sekeras apapun hatiku menjerit
Tapi aku tak lelah menunggu
Kusadar akan hanyut tertelan pusaran
Berharap suatu hari
Kau akan menoleh dan mengerti
Aku ada di sini…